Pantai Menganti, 7 Januari 2023

 Batu karang itu seakan bernyawa, menyambut kedatangan kami. Suara gemuruh air sedikit melegakan tunggangan di pundak. Hilang sudah rasa sakit itu, tergantikan manisnya jari-jemarimu. 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Another genre story of Cerita Jihan

"Kamu seneng ngga hari ini?", tanyamu. Namun, bagiku itu pertanyaan retoris. Apa dia tidak melihat senyumku ya waktu itu? 

Ranjau-ranjau itu mengiringi perjalanan kami yang berawal dari kota yang awalnya tidak meyakinkan. Tapi memang benar, jauh lebih istimewa tempat kelahiran(nya). Tak apa, setidaknya kota itu dapat kuceritakan apa-apa saja pelajaran dan kenangan yang kudapatkan. Memang tak genap satu bulan kami di sini, tapi rasa ingin mengulang kembali dari awal begitu menggebu-gebu. Semuanya berawal dari ajakan seorang puan yang cantik dan kuat. Sayang, justru kota inilah yang menjadi kota yang mungkin tidak pernah mau ia kunjungi lagi, menjadi kota yang begitu menyakitkan baginya. Ajakan itulah yang membawa kami semua ke sini, ke kota ini, Purworejo.

Hari ke hari kami lalui dengan keseriusan, serius untuk bercanda, hehe. Kami berjumlah ganjil, coba tebak ada berapa. Senua yang disebutkan, pakai nama samaran. Ada Bila yang sukanya merepotkan semuanya, pernah nangis karena kebawa perasaan, tapi balik seneng lagi karena dibawa keliling alun-alun sama Kanar si paling perhatian tapi paling menyebalkan kalau kata Rida. Kami cukup sering bertengkar kecil satu sama lain, apalagi ada Dika yang SANGAT AMAT jail, jauh berbeda dari tampangnya yang terlihat "cool boy". Sering kali buat kesal, tapi hal ini sepertinya tidak berlaku bagi pasangan Aji dan Salsa karena mereka bertengkar sendiri. Ah, lama-lama ya udah biasa. Sepertinya ada yang belum disebut, artis kita bersama si Nesta yang mirip banget sama Charlie ST12 kalau rambutnya dibelah dua, hahaha. Udah tau belum jumlahya?

 Berkembara demi mengisi waktu liburan sekalian cari ilmu dan relasi (sebut saja magang) di kota orang ternyata tidak mudah bagi kami. Banyak bingungnya, mulai dari gak tau mau makan apa dan dimana, gak tau arah jalannya kemana, ya paling susah cari makan sih. Semuanya harus dihadapin bareng-bareng meskipun enggak semudah itu buat ngelakuinnya. Tiap-tiap dari kami punya karakter dan sifatnya masing-masing yang tidak bisa saling dipaksakan. Semuanya timbul dari kesadaran diri masing-masing untuk saling mengerti dan memahami. Ya, itu tantangannya. 

"Ayo cepet!!!"

"Ayo dong, udah jam berapa ini"

Dua kalimat itu selalu terlontar setiap paginya. Kalimat yang tidak terlalu berimbas pada hati setiap tuan dan puan di bawah atap itu. Bisa dihitung jari berapa kali kami tidak datang terlambat dari jam yang sudah dijanjikan. Mau bangun jam 6, jam 5, atau jam 4 pun tetap saja berujung sama. Heran, tapi itulah yang terjadi. Jangan dicontoh. Kota itu memberikan kami banyak pelajaran dan pengalaman yang kini sudah menjadi kenangan. Kata seseorang dari kami, selain mendapatkan ilmu juga mendapatkan rasa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Sekarang, udah dapetin orangnya juga, kan?

Ada satu kejadian lucu. Waktu itu hanya ada 4 orang dan kami memutuskan untuk pergi ke pasar malam. Kami menantang dan menuruti adrenalin kami untuk naik kora-kora. Jelas kami berani, berani untuk ketakutan. Gila, rasanya jantung kaya mau copot. Kami sampai teriak minta untuk menghentikan penderitaan yang mengancam keselamatan itu. Setelah itu, selain dada berdegup kencang, kepala jadi pusing, kaki gemeteran, mual pun juga dirasakan. Untuk menghibur diri, kami memutuskan untuk makan dan menikmati wedang ronde untuk menutup malam itu. Really miss that moment, so much.

Ternyata, relasi yang kami dapatkan bukan hanya sekedar bapak-bapak dan ibu-ibu yang bekerja di tempat kami magang. Kami juga bertemu dengan sebangsa kami, sama-sama magang, tapi beda asal dan beda tempat. Kami yang menuntut, mereka yang mengadili. Singkatnya seperti itu. Semoga bisa ditebak di mana tempat kami magang. Sebelum selesainya magang, kami menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama, di angkringan. Hanya ada dua kata yang mampu untuk menggambarkan suasana waktu itu, yaitu seru dan sabar karena ada hal "menyentuh hati" yang tidak bisa diceritakan di sini.

Seminggu sebelum batas akhir magang, ajakan untuk refreshing pun terlontar. Sekalian untuk qua;ity time bersama-sama. Akhirnya, sampailah kami di judul.

---------

Ngegantung ya ceritanya? Sengaja, karena aku tidak mau menceritakan tentang perpisahan. Pada intinya, rasa senang, sedih, tangis, tawa, terharu, kecewa, dan jutaan rasa lainnya tak mampu dideskripsikan di sini. Izinkan aku untuk menutupnya dengan puisi singkat ini.


Langkah kaki itu kian berat

Hatinya sudah tak mampu menahan

Katanya sudah rindu

Dan kami pun harus...

kembali pulang.


Salam cinta dariku Jihan untuk kalian semua yang telah berjuang.



-Love Your Self


✨Find me on✨

Instagram: @jihanshf

Twitter: @saturnusmuu

Linkedln: Jihan Shafa Salsabila


Beri aku kritik dan saran kalian melalui email: jihanshafa123@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2022

Kabar Buruk